Home » » Arsitektur Gedung Sate Bandung

Arsitektur Gedung Sate Bandung

Bangunan Gedung Sate di Bandung Jawa Barat mulai dikerjakan pada 27 Juli 1920 dirancang oleh tim yang diketuai oleh Gementee (walikota) Bandung yang pada waktu itu Kol.Pur. VL. Slors, dengan beranggotakan Ir. J. Gerber, Ir. G. Hendriks, dan Ir. Eh. De Roo. Gedung yang awalnya bernama Gouvernemens Bedrijven (GB) dikerjakan oleh 2.000 orang pekerja, termasuk 150 orang Tiongkok yang bertugas sebagai pengukir kayu atau batu. 

Arsitektur Gedung Sate Bandung


Arsitektur Gedung Sate yang kini merupakan salah satu tempat wisata di Bandung ini memiliki gaya arsitektur unik, hingga banyak kalangan menyebut gaya Indo Europeeschen architectuur stijl (gaya arsitektur Indo-Eropa). Dalam buku karangan D. Ruhl dengan judul Bandoeng en haar Hoogvlakte (1952) menyebutkan bahwa Gedung Sate adalah gedung dengan gaya arsitektur yang paling indah di Indonesia. Sedangkan dua arsitek terkenal asal Belanda Cor Pashier dan Jam Wittenberg, mengungkapkan bahwa Gedung Sate adalah hasil eksperimen penggabungan dua gaya arsitektur yaitu Indonesia dan Eropa.

Gaya arsitektur Gedung Sate Bandung keseluruhan bergaya Rennaisance Italia, namun menggunakan tema Moor Spanyol untuk jendela-jendelanya. Sedangkan untuk menara dipilih gaya Asia seperti penggunaan atap seperti gaya pura yang ada di Bali dan pagoda yang ada di Thailand. Pada atap Gedung Sate, di puncaknya dihiasi dengan “tusuk sate” dengan 6 buah benda bulat. Namun banyak perdebatan tentang bentuk benda tersebut, apakah mewakili sate, jambu air, atau  melati. Selain itu jumlah 6 buah dianggap representasi dari biaya pembangunan gedung tersebut, yaitu sebesar 6 juta gulden.

Gedung Sate banyak mengungkap cerita sejarah di masa lalu. Bangunan di Jl. Diponegoro No. 22 Bandung ini menjadi salah satu icon kota Bandung dan Jawa Barat pada umumnya. Tidak sedikit wisatawan mengunjungi tempat ini sekedar berfoto, berkeliling atau duduk santai di sekitarnya.

Arsitektur Gedung Sate Bandung - Wisata Indonesia